Kamis, 06 November 2014

KASUS DALAM PEMASARAN GLOBAL

TULISAN 3

NAMA       : VINKA NOVIANI ADJI
KELAS      : 4EA17
NPM           : 17211290


KASUS DALAM PEMASARAN GLOBAL

            Perkembangan dunia bisnis sudah semakin pesat dan berkembang, setiap bisnis dan pelaku bisnis berusaha untuk eksis mulai dari membangun, berkembang, mencapai kestabilan, memperluas, memelihara, mempertahankan, menciptakan inovasi dan kreasi-kreasi baru itulah proses bagaimana perjalanan suatu bisnis yang merupakan life cycle kehidupan berbisnis. Kalau kita gambarkan bagaimana perjalanan kehidupan bisnis dari mulai bisnis lokalan, merambah ke pasar domestik, menguasai pasar nasional, kemudian meningkat lagi menjadi pasar regional antar negara dan bila sudah besar cakupan bisnis tersebut akan memasuki pasar global, dimana pasar sudah tidak bisa dibatasi lagi akan menembus setiap penjuru negara di dunia. Inilah era “pemasaran global” setiap bisnis yang dibangun dengan baik tentunya akan menembus pasar global, dengan demikian pemasaran global menjadi topik yang penting untuk dipelajari dan dikaji oleh setiap pebisnis yang yang punya ambisi, visi, misi sukses ke depan meraih pasar global.

            Kini persaingan dalam dunia gadget dan smartphone memang begitu keras. Namun ada sebuah tesis menarik dalam industri ini : hanya mereka yang menguasai aspek software dan hardware sekaligus yang akan menguasai dunia digital masa depan. Ada tiga pelajaran tentang inovasi bisnis dari drama ini – berderat lesson yang bisa Anda petik, apapun jenis industri yang tengah Anda geluti saat ini. Sebab inovasi memang tak mengenal jenis bisnis. Either you innovate or die :
§  Innovation Lesson # 1 : Core Competencies will Win. Inovasi akan selalu dimenangkan oleh mereka yang menguasai core competency dalam industrinya. Dalam kasus industri gadget, core competencies itu adalah pada penguasaan dua bidang sekaligus : hardware design dan software. Siapa yang menguasai dua aspek ini akan menang.
§  Innovation Lesson # 2 : Collaborative Innovation. Kalau kita tidak menguasai core competencies yang dibutuhkan dalam sebuah bisnis, tak ada salahnya kita melakukan kolaborasi dengan mereka yang memilikinya.
§  Innovation Lesson # 3 : Speed. Speed. Speed. Dalam derap perubahan yang melaju dengan kencang, respon yang lamban (atau apalagi penuh birokrasi) akan membuat Anda tewas dilibas pesaing.

            Dalam kasus ini Nokia dan Blackberry amat lamban merespon dinamika itu. Terlalu banyak analisa. Terlalu lamban mengambil decision. Nokia dan Blackberry adalah dua raksasa yang tampak begitu perkasa namun tengah limbung. Tertatih-tatih menapak jalan terjal kompetisi yang begitu brutal. What went wrong? Dan pelajaran bisnis apa yang bisa dipetik dari drama robohnya dua legenda ini? . Dan sayangnya, hanya ada satu perusahaan yang dahsyat dalam dua elemen itu : baik software / hardware. Nama perusahaan itu Apple. Dan faktanya, perusahaan inilah yang kemudian memporak-porandakan pangsa Nokia dan BB di seluruh dunia. Bersama Samsung, Apple kini menguasai 75 % pangsa pasar smartphone global.

            Namun kini BlackBerry akhirnya "kembali ke jalur" setelah meluncurkan BlackBerry Passport, ponsel layar sentuh yang dilengkapi dengan keyboard fisik. Perusahaan asal Kanada ini mengaku tahun lalu mereka terlalu gegabah lantaran ikut meluncurkan ponsel layar sentuh, yakni Z30 dan Z10, dan meninggalkan ciri khas mereka: ponsel dengan keyboard fisik QWERTY.

"Kami dulu memang membuat kesalahan karena terlalu agresif. Sekarang Anda bisa melihat kami sangat fokus. Ini adalah kekuatan profesional," ujar COO BlackBerry Marty Beard kepada BBC News, Rabu, 24 September 2014.

            Penjualan BlackBerry sempat mengalami penurunan drastis. Pada periode 2011, ponsel BlackBerry terjual hingga 13,2 juta unit. Lalu, tiba-tiba jumlah penjualan terjun bebas dan jatuh pada angka 6,8 juta pada 2013 karena tak mampu bersaing dengan perusahaan lain, seperti Samsung dan Apple. Beard juga mengakui saat ini banyak vendor ponsel pintar yang menyajikan industri perbankan, kesehatan, atau game dalam produknya, dan sukses besar. Marty optimistis BlackBerry siap kembali bersaing dan segera memiliki pijakan yang kuat di platform ponsel pintar. 

"BlackBerry kembali menawarkan arsitektur komunikasi end-to-end yang paling aman di pangsa ponsel pintar, khususnya perangkat bagi pelaku bisnis," kata Beard. 


BlackBerry meluncurkan BlackBerry Passport pada Rabu, 24 September 2014, di sejumlah negara, seperti Kanada, Inggris, Uni Emirat Arab, Prancis, dan Amerika Serikat. Meski bersistem operasi BlackBerry 10 OS 10.3, ponsel seharga Rp 2,4 juta ini tetap bisa menjalankan aplikasi Android.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.